Beltimnews.com, Belitung Timur – Dinas Kesehatan dan PPKB Belitung Timur mencatat ada 126 anak-anak usia dibawah 19 tahun mengalami kehamilan pada tahun 2022. Angka tersebut hampir 50 persen disumbang oleh Kecamatan Gantung 61 anak, diikuti Manggar dan Dendang dengan masing-masing 17 dan 15 anak.
Kemudian angka kehamilan remaja paling rendah yakni di Kecamatan Renggiang dengan 7 anak, diikuti Damar 8 anak, dan Kampit dan Simpang Pesak dengan angka sama yaitu 9 anak.
Dikonfirmasi atas tingginya angka kehamilan pada remaja itu, Bupati Belitung Timur, Burhanudin mengatakan hal itu tidak seharusnya terjadi. Bupati Beltim mengatakan sudah sering mengimbau bahwa peran orang tua dalam keseharian perilaku anak itu sangat vital.
“Orang tua harus lebih ekstra mengawasi dan memperhatikan kegiatan anaknya. Jangan karena sudah diam dan diberi hape jadi tidak dikontrol. Malah harus lebih perhatian karena dari hape semua informasi, baik buruk bisa mereka akses dengan mudah,” kata Burhanudin belum lama ini.
Tak hanya orang tua, dia juga menyoroti peran aktif setiap sekolah maupun instansi terkait untuk melalukan pengawasan lingkungan di sekitar agar pergaulan anak diawasi.
“Masyarakat juga harus berperan aktif turut mengawasi anak-anak yang misalnya banyak nongkrong di sekitar rumah kita. Ingatkan misalnya jangan pulang malam-malam dan sebagainya,” kata Bupati.
Sementara itu, Puskesmas Gantung mencatat ada 61 anak-anak berusia di bawah 19 tahun di Gantung, Belitung Timur yang mengalami kehamilan pada tahun 2022. Beberapa di antaranya bahkan hamil diluar nikah.
Kepala Puskesmas Gantung, Ayu Nilam Sahri bilang kehamilan pada anak-anak ini dipengaruhi berbagai faktor. Pertama yakni karena angka putus sekolah yang terjadi di level SMP ke SMA. Kebanyakan dari mereka, lanjut Ayu, sudah menganggap bisa mencari uang sendiri maka sudah bisa berkeluarga meski umur masih anak-anak.
Padahal, kata Ayu, seharusnya di usia mereka di bawah 19 tahun masih mencari jati diri dan merajut mimpi-mimpi serta bermain bersama teman-teman.
“Kita nanti bisa lihat dalam dua tahun, anak yang dilahirkan oleh anak-anak ini bagaimana kondisinya. Apakah angka stunting naik atau tidak. Karena faktor pencetus stunting adalah kehamilan pada anak dan remaja,” kata Ayu setelah Podcast Puskesmas Gantung bersama Beltim News dengan tema Dampak Psikososial pada Kehamilan Remaja, Selasa (18/4/2023) lalu di Kampong Reklamasi Selinsing.
Selain itu, faktor lainnya yaitu pola asuh dan kontrol dari orang tua.
“Pola asuh saat ini tidak bisa lagi seperti jaman dulu. Sekarang akses mereka terhadap dunia luar sudah tidak terbatas karena adanya teknologi. Jadi pendekatan asuh kepada anak juga harus disesuaikan mengikuti zaman,” kata Ayu.
Hingga Maret 2023, angka kehamilan anak di Gantung sudah mencapai angka 13 orang. Karena itu, pihaknya dari Puskesmas Gantung gencar melaksanakan sosialisasi dan edukasi kepada sasaran supaya angka tersebut bisa ditekan.
Kampanye stop pernikahan dan kehamilan anak, talkshow bersama ahli, hingga podcast bersama salah satu anak yang hamil juga sudah dilakukan Puskesmas Gantung sebagai upaya menekan angka kehamilan pada anak.
“Kami dari Puskesmas kebagian dampaknya di ujung. Makanya harus kami potong jalurnya dengan gencarkan pencegahan-pencegahan. Kami beri edukasinya mengikuti zaman yakni memanfaatkan teknologi sehingga tepat sasaran,” kata Ayu.
Tak lupa juga dalam urusan pengentasan kehamilan anak, Ayu bilang tetap membutuhkan koordinasi lintas sektor dengan sekolah, KUA, desa, orang tua, kecamatan, sampai ke OPD terkait karena permasalahan ini seperti rantai yang saling berkaitan.
(Wahyu)