Beltimnews.com – Setiap provinsi di Indonesia memiliki ciri khas kuliner masing-masing. Perbedaan ciri khas tersebut merupakan keunikan, bahkan menjadi suatu daya tarik. Utamanya bagi pelancong atau wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah.
Tak terkecuali Pulau Belitung atau pulau kecil di serambi Laut Cina Selatan yang masyarakat lokal menyebutnya Belitong. Soal kuliner, Belitong juga memiliki ciri khas sebagaimana daerah lain.
Belitong dengan surga pantainya memiliki kekayaan sumber daya laut. Mulai dari ikan, kepiting, udang, cumi-cumi, hingga siput gonggong. Tak mengherankan jika menu-menu khas Belitong didominasi oleh makanan olahan laut. Menu-menu olahan tersebutlah yang menjadi santapan sehari-hari masyarakat melayu Belitong.
Selain makanan olahan sumber daya laut, ada pula varian menu lainnya seperti olahan sapi, ayam, serta jenis makanan lainnya yang biasa disajikan urang Belitong saat menyantap makanan.
Tradisi Makan Bedulang
Dilansir dari disbudpar.belitungtimurkab.go.id, masyarakat Belitong memilki cara yang unik bagaimana mereka menikmati sajian masakannya. Cara unik tersebut adalah Tradisi Makan Bedulang.
Singkatnya, Tradisi Makan Bedulang dapat diilustrasikan dengan kegiatan atau prosesi makan bersama dengan menu masakannya diletakkan dalam satu tempat yang disebut “Dulang” ditutup dengan tudung saji yang mengikuti bentuknya.
Dulang merupakan talam atau nampan besar yang berbentuk bulat digunakan sebagai wadah atau tempat untuk menyajikan makanan.
Sajian per satu dulang hanya terdiri dari empat orang yang duduk bersila saling berhadapan untuk menyantap makanan.

Tradisi Makan Bedulang sering ditemukan dalam acara-acara seperti Maras Taun, Gawai (acara resepsi pernikahan), Nyelamatek atau Beputus Anak (acara syukuran kelahiran anak yang sudah lepas tali pusar), dan di beberapa tempat yang masih melaksanakan acara sedekah setiap ingin menghadapi Bulan Ramadhan atau dikenal dengan acara sedekah di Bulan Ruwah.
Menu makanan yang disajikan dalam Dulang terdiri dari lima hingga enam piring berukuran kecil mengitari satu wadah mangkuk.
Adapun menu makanan yang sering disajikan, sebagian besar merupakan makanan khas asli masyarakat setempat atau makanan rumahan seperti gangan ikan, gangan darat (gangan yang isinya daging sapi), sambal nanas atau belacan (terasi), ayam bumbu ketumbar, opor ayam dan rendang daging khas bumbu masyarakat setempat, dan berbagai masakan lainnnya sesuai dengan tempat yang dikunjungi.
Mak Panggong dan Keunikan Makan Bedulang
Hal yang unik dari Tradisi Makan Bedulang dapat dilihat dari bagaimana prosesinya dilakukan. Pada acara-acara tertentu, untuk menyiapkan menu masakan yang akan disajikan, masyarakat setempat akan saling membantu menyiapkan masakannya dengan diarahkan oleh “Mak Panggong”.
Mak Panggong merupakan seseorang yang bertanggungjawab atas keberhasilan rasa masakan yang akan disajikan dalam Tradisi Makan Bedulang.
Setelah itu, beberapa orang dibagi tugas seperti menyiapkan sajian makanan dan meletakkannya di atas Dulang serta mengangkatnya ke tempat para tamu. Uniknya, para tamu yang disajikan makanan dalam Dulang ini terdiri dari empat orang yang saling berhadapan untuk setiap satu Dulang yang disajikan.
Di antara empat orang tersebut yang usianya lebih muda harus mengambil dan memberikan Pinggan (piring untuk makan) kepada usia yang lebih tua. Setiap satu Dulang yang terdiri dari empat orang ini hanya akan diberi satu wadah kecil yang berisi air untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Lalu, mereka yang memiliki usia lebih tua akan membuka tutup tudung saji dan didahulukan untuk mencuci tangan dan menyicipi makanan.
Dapat diambil kesimpulan dari prosesi makan bedulang ini, masyarakat setempat menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong atau kebersamaan, toleransi antar sesama dan mengajarkan nilai etika yang dianggap baik untuk dilakukan masyarakat setempat.*
(Monika)