Tebat Rasau: Mengenal Wisata Alam Purba yang Unik di Belitung Timur

Tebat Rasau, Mengenal Wisata Alam Purba yang Unik di Belitung Timur (4)
Tampak dari sudut bird eye view, kegiatan mengeksplor sungai purba di Tebat Rasau dengan bersampan. Foto: Ist/ES.

Beltimnews.com – Belitung tak nampak mewah dari bangunan atau gedung pencakar langit yang mengisi setiap sudut ruangnya. Belitung juga tak nampak keren dengan barang-barang branded ala artis papan atas. Menjadi Belitung berarti siap melestarikan alam. Itulah kira-kira gambaran kalau anda berkesempatan ingin berlibur ke pulau satu ini.

Karenanya, kalau anda berkunjung ke Pulau Belitung jangan hanya sekadar tahu kalau penampakan alamnya indah atau makanannya enak. Tapi, pelajari mengapa keindahan dan cita rasa yang enak itu ada di Negeri Laskar Pelangi.

Semua itu, salah satunya bisa anda rasakan jika berkunjung ke Tebat Rasau yang berada di Desa Lintang, Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur. Tentunya, pasti anda jadi bertanya-tanya kan? Apa yang sangat spesial di tempat satu ini.

Akses ke Tebat Rasau

Sebelum bahas lebih jauh, ada baiknya anda tahu cara ke Tebat Rasau.

  • Akses dari Bandara H.AS Hanandjoeddin ke Tebat Rasau

Jika anda berangkat dari Bandara International H.AS Hanandjoeddin, anda akan menempuh perjalanan sejauh 46 kilometer atau selama 50 menit menggunakan kendaraan mobil.

Dari Bandara, anda menuju Kecamatan Badau kemudian berbelok di Simpang Tiga ke arah Belitung Timur melalui akses Jalan H.AS Hanandjoeddin (Jalan Tengah). Tiba di Kecamatan Simpang Renggiang, berbeloklah ke arah Gantung atau anda menuju ke Desa Lintang di Kecamatan Simpang Renggiang.

Destinasi ini tepatnya berada di Desa Lintang Kecamatan Simpang Renggiang.

  • Akses dari Tanjungpandan menuju Tebat Rasau

Namun jika berangkat dari Kota Tanjungpandan, anda bisa melalui Jalur Badau lalu berbelok ke Jalan H.AS Hanandjoeddin hingga menuju Kawasan Simpang Tiga di Kecamatan Simpang Renggiang. Kemudian anda berbelok ke arah Kecamatan Gantung menuju Desa Lintang.

Anda akan menempuh perjalanan sejauh 53 kilometer atau selama 58 menit menggunakan kendaraan mobil.

  • Akses dari Manggar menuju Tebat Rasau

Nah, jika anda dari Kota Manggar, anda bisa mengakses Jalan H.AS Hanandjoeddin lalu setelah sampai di Kecamatan Renggiang, anda berbelok ke arah Kecamatan Gantung. Adapun waktu tempuh perjalanan dari Manggar ke destinasi ini akan menempuh perjalanan sejauh 30 kilometer atau menghabiskan waktu di perjalanan selama 34 menit.

Cikal Bakal Tebat Rasau

“Tebat itu kalau dalam istilah pemahaman orang Belitung merupakan pok air atau dam air sedangkan rasau itu nama tumbuhan yang hidup di sekitarnya,” ujar Nasidi (48) ketua komunitas sekaligus pengelola Tebat Rasau saat ditemui Beltimnews.com Kamis (04/08/2022).

Itulah penjelasan singkat kenapa objek wisata yang satu ini dinamakan Tebat Rasau.

Nasidi menilai bahwa pemberian nama ini sangat cocok karena rasau yang hidup di sekitaran objek wisata ini mampu menahan aliran sungai. Peristiwa ini ia ketahui saat kejadian banjir 2017 lalu yang hampir menggenang seluruh wilayah Belitung Timur.

Nasidi telah melihat pergerakan arus air sungai yang sudah tertahan dan volume air yang tinggi di sekitar objek wisata ini, sedangkan di daerah lain belum terlihat. Itulah ia menyimpulkan bahwa nama Tebat Rasau ini cocok untuk nama objek wisata yang dikelola bersama rekan-rekannya yang mengartikan “dam air yang tertahan oleh tanaman rasau”.

Tebat Rasau yang telah berdiri sejak 17 Januari 2018 ini didirikan oleh Nasidi bersama komunitasnya yang Bernama “Lanun Tebat Rasau”.

“Kelompok atau komunitas kami ini sebenarnya susah diatur dulunya. Jadi itu mengibaratkannya seperti Lanun yang dikenal orang-orang zaman dulu itu pemberontak atau perompak laut yang sering dianggap jahat. Padahal sebenarnya, kita ndak boleh mikir orang jahat. Kalau dianggap jahat, orang itu bakal berbuat jahat. Nah ini jadi pelajaran, kami jadi menamai komunitas ini Lanun karena Lanun saat ini berbeda. Karena dia sudah sekolah, jadinya Lanun ini akan berbuat yang baik-baik,” ujar Nasidi saat menjelaskan mengapa nama komunitas yang diketuainya itu disebut Lanun Tebat Rasau.

“Jadi, ide untuk membuka tempat seperti ini (Tebat Rasau) dulu saya bersama rekan-rekan sudah ada terpikirkan karena ingin melindungi sungai dari kerusakan akibat aktivitas masyarakat banyak menambang timah di sungai sementara pencaharian kami sebagai nelayan sungai yah di sungai. Cuma kami ndak tahu kalau buka mau berbasis apa hingga akhirnya tercetuslah dibuat untuk tempat wisata,” ujar Nasidi.

Lebih lanjut ia menjelaskan inti mendirikan Tebat Rasau ini fokus utamanya menjaga kelestarian sungai yang lebih dari 380-an hektar ini. Sebab, di sungai itu banyak pelajaran yang bisa diambil. Secara kasat mata orang-orang bisa mengenal lebih jauh flora dan fauna yang hidup di dalam atau sekitarnya. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Nasidi dan rekan-rekannya karena bisa memperkenalkan apa yang mereka lestarikan.

Penyurong, merupakan panganan khas Belitung Timur yang menjadi paket kuliner andalan di Tebat Rasau. Foto: Ist/East East.

Keunikan Tanaman Rasau yang Membuat Tebat

Ketika anda memutuskan untuk mengunjungi Tebat Rasau, setidaknya anda perlu mengetahui sekilas isi tempat ini terlebih dahulu. Biar tidak bingung. Tentunya, dapat mendorong rasa penasaran ingin tahu dan berkunjung langsung ke tempatnya.

Tebat Rasau yang telah dinobatkan menjadi geosite Belitong UNESCO Global Geopark sejak 2021 ini memiliki keunikan tersendiri dari geosite lainnya yang ada di Pulau Belitung. Bukan tak punya alasan atas penobatan tersebut, ternyata Tebat Rasau menjadi saksi bisu tentang pergeseran sesar yang besar di kawasan Sunda purba saat era pertengahan Kenozoikum yang terjadi sekitar 65 juta tahun lalu.

Akibat adanya pergeseran tersebut, terjadi bentukan bidang datar yang luas, dikenal dengan nama Rawa Rheotripik. Karenanya, oleh masyarakat setempat Tebat Rasau dilabeli dengan Geosite Sungai Purba atau Rawa Kenozoikum.

Tampak dari sudut bird eye view, aktivitas mengeksplor kawasan Tebat Rasau melalui jembatan kayu. Foto: Ist/ES

Rawa purba ini merupakan rawa aluvial yang dicirikan oleh kelimpahan Rasau (Pandanus helicopus), flora yang berkembang dengan baik dalam kondisi pasang surut, bebas dari air payau dan dalam pH yang konsisten 5,5 serta hidup bersama dengan berbagai jenis alga dan ikan.

Menurut Nasidi, Rasau merupakan tanaman yang khusus hidup di daerah sungai yang tingginya bisa mencapai belasan meter. Rasau ini juga punya keluarga di darat yang mirip bentuknya disebut Lais oleh masyarakat setempat. Rasau merupakan tumbuhan endemik yang hanya bisa hidup subur di sungai purba (Sungai Lenggang) ini.

Tumbuhan Rasau ini dinilai memiliki banyak manfaat bagi ekosistem sungai seperti menetralkan debit air sungai, menyaring air agar bersih dan melindungi habitat ikan. Daunnya bisa dimanfaatkan untuk membuat anyaman seperti tikar, karong dan sebagainya. Bahkan, buahnya bisa dijadikan obat untuk penyakit kulit.

“Jadi jika rasau ini mati, sungai jadi terlihat luas. Bayangkan jika terjadi banjir tidak ada lagi penahan air di sungai. Oleh karena itu, aktivitas penambang timah di sungai ini harus lebih tahu dan berhati-hati karena rasau rentan mati ketika ada kegiatan tambang di sekitarnya,” ujar Nasidi.

Sambungnya, tumbuhan rasau ini juga tidak baik jika sudah terlalu banyak. Narsidi menilai tumbuhan rasau yang jumlah hidupnya seimbang akan memberikan manfaat maksimal dibanding saat tanaman itu berkurang atau berlebih.

Sekitaran kawasan Tebat Rasau ini, dikelilingi hutan kerangas yang berada pada lahan ekstrim atau rawan serta sangat peka terhadap gangguan seperti kebakaran hutan, namun kaya dengan bahan baku obat herbal. Sebab itulah di Tebat Rasau ini anda juga akan mempelajari bahwa alam sekitar telah memberikan berbagai manfaat untuk manusia khususnya dalam hal pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.

“Nah, sekitar Tebat Rasau ini kan banyak pohon seperti gelam, perepat dan pelawan. Berdasarkan pengalaman kami, semua jenis pohon itu bermanfaat. Siapapun yang mau tahu, kami pasti mengedukasi mereka gimana pohon-pohon ini dapat jadi bermanfaat. Bahkan kami juga hadirkan produk yang siap dikonsumsi dari hasil tanaman-tanaman atau olahan ikan yang hidup disini seperti teh pucuk gelam, akar kuning, pelawan, sambal lingkong dan sebagainya,” ujar Nasidi.

Di samping itu, sungai yang dihidupi rasau ini juga menyimpan kekayaan endemik yang hidup di dalamnya seperti Tengkelesa, Ampong, Temeliongen, Ikan Buntal dan Cempedik yang bentuknya khas dan tidak akan ditemukan di sungai manapun di Pulau Belitung ini. Beberapa ikan-ikan tersebut dapat anda temui di Rumah Akuarium yang ada di sekitaran objek wisata Tebat Rasau ini.

Adapun kegiatan yang bisa anda lakukan selama berada di Tebat Rasau ialah seperti membuat kerajinan anyaman dari rotan atau lais, menaiki sampan menyusuri sungai, mempelajari ekosistem sekitar, mempelajari dan bermain gasing (rumah gasing) dan lain sebagainya.

Guna memberikan kenyamanan saat berkunjung, anda juga bisa menikmati fasilitas yang ada seperti beristirahat atau menginap di rumah singgah (cottage) serta menggunakan toilet dan mushola. Jangan khawatir jika anda ingin menginap, kenyamanan dan keamanan juga terjaga karena ada listrik dan para pengelola juga tinggal di Tebat Rasau.

Beberapa fasilitas penunjang kenyamanan pengunjung di Tebat Rasau, di antaranya; Cottage, Mushola, dan Kios Cindramata. Foto: Ist/East East.

Bahkan, tak perlu bingung untuk mencari tempat makan, di Tebat Rasau anda bisa menikmati makanan khas setempat dengan tradisi makan bedulangnya. Termasuk, oleh-oleh khas seperti berbagai macam minuman herbal, souvenir dan olahan makanan yang berasal dari Tebat Rasau sendiri untuk dibawa pulang.

Anda bisa mengunjungi Tebat Rasau kapan saja tanpa biaya masuk (jika tidak ada acara tertentu). Namun, jika ingin menikmati fasilitas kegiatan dan pelayanannya yang lengkap, anda disarankan untuk memesan paket-paket wisata yang telah disediakan oleh Tebat Rasau terlebih dahulu.*

(Monika | Beltimnews.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *